BAGAIMANA GENERASI MUDA DI JERMAN MENANGGAPI TREN BUDAYA POP
![](https://statik.unesa.ac.id/s1sj/thumbnail/70a1ec7c-4d5d-4beb-8b1a-c6c1b209822a.png)
Tren budaya pop sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Hampir semua anak muda sudah terpengaruh dengan budaya pop. Termasuk remaja di Jerman, mereka semua sudah mulai mengerti apa itu budaya pop. Budaya pop ini bisa menyebar melalui media sosial, di era teknologi yang sudah maju ini semua orang pasti memiliki media sosial. Kita berinteraksi dengan orang lain cukup menggunakan media sosial untuk membagikan momen keseharian kita. Lalu bagaimana tren budaya pop ini bisa menyebar luas hampir di seluruh negara termasuk Jerman?. Yakni melalui media, seperti televisi dan internet yang memberikan paparan besar terhadap konten budaya pop. Tayangan hiburan, musik, dan film yang disiarkan secara luas memungkinkan remaja untuk mengakses dan mengadopsi elemen-elemen dari budaya pop dengan mudah. Maka dari itu budaya pop akan sangat mudah dicerna oleh para remaja di era ini, karena banyak pintu yang membuka budaya pop itu untuk masuk. Tetapi apakah tren budaya pop ini berdampak positif?.
Perkembangan informasi teknologi memungkinkan para remaja tidak hanya menjadi konsumen tetapi juga produsen konten. Media sosial memberikan platform bagi remaja untuk membuat dan menyebarkan konten budaya pop, seperti contohnya menggunakan aplikasi Instagram dan juga Tiktok. Disini kita bisa berinteraksi dengan banyak orang dengan sangat mudah, di jaman sekarang juga memiliki sebutan pagi produsen konten yaitu “selebgram/selebtok” dengan sebutan ini orang-orang tahu bahwa mereka sangat berkontribusi besar dalam membuat konten. Tetapi banyak juga yang menyalahgunakan kekuasaan ini. Ada beberapa oknum yang menggunakan media sosial tetapi memberikan konten yang tidak bermanfaat atau negatif. Terkadang media sosial dapat mengarahkan pikiran manusia sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat mengubah gaya hidup, baik positif maupun negatif.
Di negara jerman saat ini menyebar budaya pop seperti Kpop. Mulai dari siaran drama hingga musik Kpop, remaja di Jerman sangat tertarik dengan budaya pop khususnya di kalangan usia 14 hingga 24 tahun. Karena budaya pop sudah sangat populer dikalangan anak muda bahkan di Indonesia sama saja. Terutama drama korea yang sudah tidak asing lagi di Jerman. Salah satu drama korea yang sedang populer dikalangan anak muda Jerman adalah “Queen of Tears” yang diperankan oleh Kim Ji Won dan Kim Soo Hyun. Drama yang ditayangkan oleh TVN ini sangat menarik perhatian bagi remaja di Jerman karena memiliki sinematografi yang indah dan juga lokasi syuting yang beragam, termasuk di Jerman. Masih banyak lagi musik dan drama dari korea yang diminati di Jerman.
Pada tahun 2022 kemarin girlband korea yang sangat populer yaitu Blackpink mengadakan konser tur besar-besaran di Berlin, Jerman. Konser ini menarik perhatian besar penggemar K-Pop di Jerman, dengan tiket yang terjual habis dalam waktu singkat. Hal ini menunjukkan meningkatnya popularitas Blackpink dan K-Pop
secara umum di Eropa, termasuk Jerman. Jumlah penonton yang hadir di konser “Born Pink world Tour” mencapai sekitar 215.000 orang selama dua hari konser yang adakan di Berlin. Konser Blackpink di Jerman tidak hanya menjadi momen penting bagi penggemar tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan dan penerimaan budaya pop Korea di Eropa.
Munculnya tren budaya pop di Jerman ini tidak akan memberikan hasil yang negatif jika kita menanggapinya dengan baik dan tidak menerima tren yang merujuk pada hal yang negatif. Saat ini banyak remaja juga yang memikirkan aspek-aspek negatif dari budaya pop, seperti konsumerisme yang berlebihan dan tekanan untuk mengikuti tren tertentu. Dengan menyadari dampak tersebut, mereka berusaha untuk lebih memilih dalam mengadopsi elemen-elemen dari budaya pop. Remaja di Jerman masih bisa memperjuangkan identitas mereka di tengah dominasi budaya pop. Seperti menggunakan media sosial dan platform digital untuk mengekspresikan diri mereka dengan cara yang unik. Mereka bisa menggabungkan elemen budaya pop global dengan pengaruh lokal dalam hal fashion, musik, dan seni, menciptakan identitas yang mencerminkan perpaduan antara kedua dunia tersebut.
Ditulis Oleh: Nadilla Fayradita Adrianzah