Penerapan Kontrol Perbatasan yang Lebih Ketat Mulai dilakukan Jerman
![](https://statik.unesa.ac.id/s1sj/thumbnail/1764ec6e-50b1-420e-bdd3-dd60adc96a40.jpg)
s1sj.fbs.unesa.ac.id, SURABAYA – Adanya pengawasan lebih ketat di perbatasan Jerman-Denmark mewajibkan ribuan pekerja lintas batas diperiksa 2 kali sehari.
Para pelintas mengakui bahwa mereka sudah tidak asing lagi dengan pemeriksaan tersebut saat melakukan perjalanan ke Denmark karena hal ini telah dilakukan selama bertahun-tahun.
Namun strategi baru yang diambil Berlin mengundang kecaman dari beberapa pihak minoritas Denmark di negara bagian Schleswig, Holstein, Jerman.
Polisi Menargetkan Kendaraan Besar
Menurut laporan dari reporter DW Giulia Saudelli di Neuhaus am inn, perbatasan Jerman dengan Austria pengawasan sudah diberlakukan selama bertahun-tahun dan polisi tidak menghentikan semua mobil yang masuk ke Jerman.
“Yang mereka (polisi) cari adalah orang-orang yang mencoba masuk ke Jerman secara ilegal. Mereka menghentikan orang-orang yang dilarang masuk ke Jerman dan yang ingin ke Jerman tetapi tidak memiliki dokumen yang tepat, misalnya visa. Mereka dihentikan di sini dan harus kembali ke Austria,” ungkap Saudelli.
“Polisi juga menghentikan mobil van yang lebih besar atau kendaraan yang terlihat mencurigakan dan berpotensi menyelundupkan manusia, yang mencoba membawa orang-orang dari Austria masuk ke Jerman.
Pengawasan ketat ini adalah pemberitahuan bahwa “Jerman sudah tidak terbuka lagi”
Adanya langkah Jerman yang mulai diberlakukan kembali pengawasan yang lebih ketat di perbatasannya tidak menutup masih adanya mengenai keberhasilan langkah tersebut.
“Saya kira secara operasional masih bisa diperdebatkan apakah kontrol gangguan tersebut benar-benar akan membuat perbedaan besar dalam hal mengurangi jumlah atau menangkap para penjahat yang bahkan berpotensi menjadi teroris” ujar Bossong.
Di sisi lain, langkah tersebut justru tidak mengurangi tekanan pada pemerintah Jerman, kata Bossong. “Secara politik, tekanan masih tetap ada dan pada pemilihan negara bagian di Brandenburg, pihak oposisi masih mengejar tuntutannya untuk memiliki kebijakan yang lebih radikal tentang pengembalian perbatasan,” jelasnya.
Ditulis oleh Dinda Budi Rahayu.